Jumat, 29 Juni 2007

Adityawarman: Melambung Berkat Peran Mas Sayuti

Melihat kegigihan Adit memperjuangkan bandnya, orangtuanya luluh. “Setelah sampai di Jakarta (menjadi home band di acara Fantastik), akhirnya mereka bilang, ya sudah kamu jalanin saja, yang penting masa depan kamu, kamu yang tahu,” ujar Adit mengulang perkataan orangtuanya.
wajahnya mungkin sudah tidak asing lagi. Hampir setiap sore, ia menyapa penggemarnya lewat sitkom OB (Office Boy) yang ditayangkan RCTI. Sebagai pendatang, aktingnya pun lumayan. Penonton lebih mengenalnya sebagai Sayuti -- perannya di sitkom OB – daripada Adityawarman (25), nama aslinya.
Sebelum terjun ke dunia akting, Adit -- begitu panggilannya -- mengawali kariernya sebagai pemain band Padat Karya asal Solo. Posisinya sebagai keyboardist. “Sebelumnya saya punya band sendiri. Sempat juga ikut Nasyid-nasyidan gitu. Abis gitu saya ikut audisi FNI (Festival Nasyid Indonesia) di Jakarta, tapi dieliminasi pertama kali di Indosiar. Tapi terus masih nge-band. Pas mau TA, skripsi, aku ngelepasin band saya. Konsen ke TA. Setelah TA teman saya di Nasyid tuh anggotanya Padat Karya, ngomong ke saya, “Kami butuh player nih butuh keyboardist, terus nawarin saya,” ujarnya dengan logat Jawa yang khas. Padat Karya terbentuk tahun 1998. Meskipun terpecah jadi dua dan berganti personel, band ini terus jalan. ”Kami manggung keliling kota sampai akhirnya mengirim profil ke Jakarta,” lanjut pria kelahiran Solo, 31 Januari 1981 ini.
Pilihan sebagai pemain band sebetulnya bukan cita-cita Adit. Ia sendiri bercita-cita menjadi arsitek. Pilihannya ini sempat ditentang keluarganya karena dianggap tidak memiliki masa depan cerah. “Waktu terjun ke band, keluarga sempat tidak setuju. Menentang sih nggak. Cuma marahin aja, kamu dapat apa di band ini,” tuturnya. Saat itu Adit sendiri sudah memiliki pekerjaan sesuai dengan bidangnya, design interior. “Setelah lulus saya sempat kerja di kontraktor, bagian interior. Di situ saya sambil nge-band. Karena sering izin kantor, saya disuruh milih, kantor apa band. Saya lepas kantornya,” ujar pria yang lulus di Universitas Sebelas Maret jurusan Desain Interior 2004 lalu ini. Pertimbangan lebih memilih band juga dikarenakan kurang merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Melihat kegigihan Adit memperjuangkan bandnya, orangtuanya luluh. “Setelah sampai di Jakarta (menjadi home band di acara Fantastik), akhirnya mereka bilang, ya sudah kamu jalanin saja, yang penting masa depan kamu, kamu yang tahu,” ujar Adit mengulang perkataan orangtuanya.
Akhir tahun 2005 Padat Karya terpilih menjadi home band acara Fantastik di RCTI. “Waktu itu banyak band yang ikut audisi. Audisinya sendiri beda-beda waktunya jadi nggak tahu berapa banyak yang ikut, yang pasti banyak,” terangnya. Selang beberapa waktu, Adit memperoleh kesempatan untuk mengikuti kasting untuk bermain di sitkom OB. “Waktu itu Januari kita semua dari anggota Padat Karya ditawarin ikut sitkom OB,” ujarnya. Adit sendiri tidak begitu yakin bisa diterima sebagai pemeran Sayuti. “Modalnya coba-coba. Nekat saja. Saya juga nggak yakin bisa. Pas kasting saja tadinya saya ndak mau ikut. Karena kan dapat gilirannya terakhir. Sudah lama nunggu dari siang belum dipanggil juga. Tadinya sudah mau pulang dan ngga mau kasting, eh malah dipanggil,” tuturnya tetap dengan logat Jawanya yang kental. “Ya sudah coba-coba ikut. Kalau diterima alhamdulillah, kalau nggak ya nggak apa-apa. Saya nggak punya pikiran macam-macam. Kalau nggak diterima ya bukan rezekinya mungkin Mas,” lanjutnya.
Adit tidak berharap banyak bisa bermain di OB. Makanya ia kaget ketika terpilih. “Waktu dipanggil, senang pasti. Tapi ada kebingungan juga. Sitkom itu kan striping. Jadi saya harus milih band (Padat Karya) atau OB,” ujar putra pasangan Drs. Sumanto, MM - Etty Lestari ini. Beruntung Adit memiliki teman-teman yang pengertian. “Akhirnya bandnya dilepas soalnya teman-teman juga ndukung sih walaupun sebagian ada yang protes. Ya sudah sekarang mending untuk kamu saja, jalanin saja itu sayutingnya,” tuturnya.
Tidak memiliki latar belakang akting, ternyata menjadi kendala. “Dulu awalnya, nggak tahu sampai sekarang masih atau nggak, volume suara saya. Karena kan kalau syuting pakai boom (mik gantung). Kalau ketemu sama Mba Odah (Tika Panggabean) dan Mas Mail (Daus Separo) mereka kan banter-banter (kencang) suaranya. Sedangkan saya karakter orang Solo yang halus, nggak suka teriak-teriak. Kalau sudah sampai diset pasti kalah,” terang pria yang senang menggambar ini. Untuk menyiasatinya Adit dibantu oleh teknisi audio. “Katanya orang audio yang ngatur, tapi saya juga harus ningkatin power saya, minimal nggak terlalu jauh bedanya,” lanjutnya.

kebahagiaan bertambah dengan hadir seorang putri
Sejak kecil, Adit tidak pernah bermimpi bisa menjadi seperti sekarang. “Waktu kecil saya penginnya jadi arsitek. Bisa sampai ini, saya juga benar-benar tidak tahu. Yang pasti ini rezeki saya. Saat ini saya diharuskan menjemput rejeki saya di sini, ya saya jalanin saja. Saya juga tidak tahu besok saya harus menjemput rezeki di mana. Mungkin masih di sini, bisa juga di tempat lain,” tuturnya lurus. Di luar itu Adit senang menjalani pekerjaannya ini. “Yang pasti enak jalanin kerjaan yang kita senangi. Awalnya, bermusik pun itu adalah hobi, tapi hobi yang juga menghasilkan. Sekarang bermain di OB pun saya senang,” tutur sulung dari dua bersaudara ini.
Kebahagiaan Adit makin bertambah karena dia telah menjadi ayah. Tidak banyak yang tahu status Adit. Padahal dia sudah menikah. Banyak yang mengira Adit masih bujangan. “Saya ketemu pertama kali di kampus waktu kuliah, sekitar tahun 2001. Dia adik tingkat saya. Saat itu sedang ikut pameran interior gitulah Mas. Saya semester 5 dia semester 3,” terangnya sedikit tersipu. Perkenalan dengan wanita bernama Mumpuni Dyah Sandara Dewi terus berlanjut. Ketika ditanya siapa yang lebih dulu menyatakan cinta, Adit hanya tersipu tidak mau menjawab. Saat itu sepertinya Adit sudah benar-benar mentok dengan tambatan hatinya itu. Kemudian tanggal 3 September 2005 mereka melangsungkan pernikahan.
Kendati tergolong pendiam, dalam urusan “kamar” Adit cukup garang. PadaRabu 28 Juni 2006 lalu lahir putrinya yang diberi nama Vania Mutya Candani di Solo. “Prosesnya alami, di Rumah Sakit Solo,” terangnya. Sehari menjelang kelahiran putrinya, syutingnya sedang break dua hari. “Syukur saya masih bisa menemani istri saya dan menyaksikan kelahiran putri saya,” lanjutnya. Saat ini putrinya tinggal bersama istrinya di Solo. “Jadi saya bolak-balik. Seringnya ya dua minggu sekali balik ke Solo. Kangen juga sih,” tuturnya. Oleh karena itu Adit berencana membawanya tinggal di Jakarta setelah Vania agak besar. *bismar

Tidak ada komentar: